investasi yg membayar rutin

Minggu, 26 Juli 2009

TANAMAN PENGHASIL MINYAK ASTIRI

TANAMAN PENGHASIL MINYAK ASTIRI DAN
SENYAWA
Kayu Manis | Nilam | Jahe | Pala | Gambir
1. KAYU MANIS
Cinnamomum sp. Adalah tanaman rempah dari famili Lauraceae yang terdiri
dari beberapa spesies. Hasil utama dari tanaman ini adalah kulitnya yang
digunakan sebagai rempah. Saat ini terdapat 7 spesies Cinnamomum yang
kulitnya dapat diperdagangkan, yaitu C. zeylanicum, C. cassia, C. tamala Ness
& Eberm, C. burmani Blume, C. sintok Blume, C. javanicum Blume dan
C.culilawan Blume.
Sumatera Barat merupakan penghasil utama kulit C. burmani . Istilah seharihari
untuk tanaman ini adalah kayu manis. Kulit kering tanaman ini disebut
cassiavera. Tanamn ini juga dibudidayakan di Jawa Barat, Tengah, Tengger
(Jawa Timur) dan Mangarai (Flores).
C. burmani dapat ditanam di daratan rendah sampai daratan tinggi yang kurang
dari 1500 m dpl. Walaupun demikian, tanaman ini tidak dianjurkan ditanam di
daratan rendah yang kurang dari 500 m dpl. karena akan menghasilkan kulit
yang buruk mutunya. Untuk pertumbuhannya tanaman ini membutuhkan udara
dengan kelembaban tinggi dan curah hujan tinggi (2000~2500 mm) dan merata
sepanjang tahun. Tanah yang cocok untuk pertumbuhannya adalah tanah
berhumus dan dalam serta tekstur remah berpasir.
Tanamn ini dapat dipanen (diambil kulitnya) setelah ditanam selama 2 tahun.
Biasanya petani memanennya setelah berumur 4 tahun.

2. NILAM
Nilam (Pogostemon sp.) adalah tanaman penghasil minyak atsiri yang banyak
ditanam di Sumatera Barat, Sumatera Utara (Nias, Tapanuli Selatan, Tapanuli
Tengah), Aceh Barat, Aceh Selatan dan Purwokerto.
Ada 3 jenis nilam, yaitu: Pogostemon patchouli, P. heyneanus dan P. hortensis.
P. patchouli berasal dari Filipina, kemudian disebarkan dan berkembang di
Malaysia, Madagaskar, Paraguay, Brazilia dan Indonesia. Di Indonesia nilam ini
di tanam di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Nilam ini tidak
berbunga, kadar minyaknya tinggi (2,5~5 %). Karakteristik minyaknya sesuai
dengan yang diinginkan dalam perdagangan.
P. heyneanus disebut juga nilam Jawa atau nilam hutan. Tanaman ini berasal
dari India. Di Indonesia, tanaman ini banyak ditemukan di hutan-hutan Pulau
Jawa. Tanamn ini dapat membentuk bunga dan kadang minyaknya lebih
rendah (0,5~1,5%). Karakteristik minyak ini kurang diinginkan dalam perdagangan.
P. hortensis. disebut juga nilam sabun karana dapat digunakan untuk mencuci
pakaian. Tanaman ini hanya ditemukan di hutan-hutan daerah Banten.
Meskipun sepintasmirip nilam Jawa, tanaman ini tidak berbunga. Kandungan
minyaknya juga rendah (0,5~1,5 %). Sifat minyaknya jelek dankurang diminati pasar.
Tanaman nilam tumbuh dengan baik di daratan rendah, tapi dapat ditanam di
daratan tinggi yang tidak lebih dari 2200 m dpl. Untuk pertumbuhannya
tanaman ini membutuhkan hujan yang merata sepanjang tahun dengan curah
hujan yang cukup tinggi (2500~3500 mm). Suhu yang hangat 24~280C dan
kelembaban udara sedang (75%).
Agar tumbuh dengan baik, tanaman ini membutuhkan yanah yang subur,
gembur, dan banyak mengandung humus.
Tanaman sudah dapat dipanen 6~8 bulan setelah ditanam. Kemudian panen
dapat diulang setiap 3 bulan.

3. JAHE
Jahe merupakan salah satu tanaman rempah. Tanaman ini membutuhkan
curah hujan yang tinggi dan tanah subur untuk pertumbuhannya. Tanaman ini
banyak diusahakan di daerah yang berketinggian 500~1000 m dpl.
Saat ini terdapat 3 jenis jahe, yaitu jahe putih kecil (jahe sunti), jahe merah
dan jahe besar (jahe gajah). Jahe sunti dan jahe merah mengandung cleoresin dan
serat lebih banyak dibanding jahe gajah.
Jahe diolah menjadi berbagai produk, diantaranya adalah jahe kering, bubuk
jahe, minyak atsiri jahe, pikel jahe, jahe kristal dan manisan jahe.

4. PALA
Pala terdiri dari berbagai spesies, yaitu Myristica fragrans yang berasal dari
Pulau Banda; M. argenta Warb (Papua noot) dan M. schefferi Warb yang
berasal dari Papua Barat, M. speciosa yang berasal dari Pulau Bacan serta M.
sucecanea yang berasal dari Pulau Halmahera. Buah dari M speciosa dan M.
sucecanea tidak bernilai ekonomis sehingga spesies ini tidak dibudidayakan.
Pala tumbuh dengan baik pada daerah yang banyak curah hujannya atau
daerah beriklim basah sepanjang tahun dengan udara yang cukup panas
(25~300C) dan lembab. Tanaman ini dapat tumbuh didaratan rendah yang
kurang dari 700 m dpl pada tanah cerul yang dapat menahan air.
Pala mulai berbuah setelah berumur 5~6 tahun. Pada umur 10 tahun tanaman
ini akan memberikan hasil buah yang optimal. Tanaman ini produktif berbuah
sampai 25 tahun.
Buah pala berbentuk bulat telur dampai lonjong, bagian terluar adalah kulit
buah. Di bawah kulit buah terdapat tempurung biji yang diselubungi oleh jala
berwarna merah api yang disebut dengan fuli. Di bawah tempurung terdapat biji
pala. Kandungan bagian-bagian buah tersebut adalah sebagai berikut:
BAGIAN BUAH BUAH BASAH BUAH KERING
Daging Buah 77,8 9,9
Fuli 4,0 2,1
Tempurung 15,1 ---
Biji 13,1 8,4
Buah pala dapat digunakan sebagai bahan baku jamu dan bumbu. Minyak biji
pala (misrintin) dapat memberikan efek halusinasi dan membunuh larva
peptisida. Minyak fuli dapat juga membunuh larva serangga. Buah muda dari
pala dipetik untuk disuling minyaknya karena kandungan minyak atsiri buah
pala muda lebih tinggi dibanding dengan buah tua.

5. GAMBIR
Tanaman gambir (Uncaria gambir) merupakan tanaman daerah tropis.
Tanaman ini telah dibudidayakan semenjak beberpa abad di daerah paling
basah di Sumatera, Kalimantan, Malaysia dan ujung barat Pulau Jawa. Saat ini
sebagian besar produksi gambir berasal dari Sumatera Barat dan sebagian
kecil dari Sumatera Selatan dan Bengkulu.
Dalam perdagangan, gambir merupakan istilah untuk ekstrak kering daun
tanaman gambir. Ekstrak ini mengandung catechin (memberikan pasca rasa
manis enak) asam catechu tanat (memberikan rasa pahit) dan juercetine
(pewarna kuning).Catechin hidrat (bentuk d, L dan dL) mempunyai titik leleh 930C
dan bentuk anhidridanya mempunyai titik leleh lebih tinggi, yaitu 174~1750C.
Catechin tersebut larut dalam air mendidih dan alkohol dingin.
Gambir telah lama digunakan sebagai salah satu ramuan makan sirih. Selain itu
gambir digunakan sebagai astrigen, antiseptik, obat sakit perut dan bahan
pencampur kosmetika, perjernih air baku pabrik bir, pemebri rasa pahit pada bir
dan bahan penyamak kulit.
Untuk bahan obat, importir Jerman Barat mensyaratkan kadar catechine gambir
40`60 % dan perusahaan Ciba Geigy mensyaratkan catechin minimal 60,5 %.
Untuk menyamak kulit, perusahaan pengolah kulit Cuirplastek R. Bisset dan Cie
mensyaratkan kandungan tanin 40 %.
Tanaman gambir dapat dipanen setelah 1~1,5 tahun setelah panen. Yang
dipanen adalah daun beserta ranting tanaman. Jaringan tanaman tersebut
banyak mengandung cathecin. Panen dilakukan dengan memotong cabang dan
ranting-ranting tanaman. Setiap tahun, panen dapat dilakukan 2~4 kali
tergantung kepada pertumbuhan tanaman. Tanaman gambir dapat dipanen
terus menerus selama 15 tahun semenjak pemanenan.

Sumber : Teknologi Tepat Guna Agroindustri Kecil Sumatera Barat, Hasbullah,
Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar